Sri, sebuah nama yang sangat jamak. Sampai - sampai ada komunitas orang - orang yang bernama Sri. Sayang kisah Sri yang satu ini tak lumrah seperti namanya. Entahlah, tak ada yang tahu asal muasalnya sampai Sri ini salah asuh dan sulit dikendalikan. Seenaknya sendiri, begitulah kira - kira. Kalau mau kerja ya kerja, bosan ya ditinggal begitu saja. Tak peduli orang lain sudah capek - capek mencarikan pekerjaan untuknya. Kadang Sri ini juga menghilang dari rumah. Tak ada yang tahu ke mana. Tiba - tiba pulang, dan seolah - olah tak terjadi apa - apa.
Suatu hari, ia bilang ke emaknya kalau pengen nikah. Emak dan kakak - kakaknya pun sibuk mencarikan suami untuk Sri. Tentu saja dengan harapan Sri berubah setelah menikah. Singkat cerita akhirnya keluarga Sri menemukan laki - laki yang mau menikahinya. Pesta sederhana pun digelar. Beberapa hari berikutnya Sri pun diboyong ke rumah si suami. Tapi harapan tinggal harapan. Sri tak berubah. Sri menghilang dari rumah sang suami. Si suami pun bingung dan mengadukan hal tersebut kepada keluarga Sri. Usut punya usut ternyata Sri punya PIL seorang pria cacat beristri tiga.
Semua keluarga Sri marah. Apalagi setelah tahu Sri hamil. Suami resminya tak mau mengakui sang janin karena merasa tak pernah menyentuh Sri.
Beberapa bulan kemudian lahirlah si jabang bayi laki - kali melalui operasi caesar. Tak ada yang mau mengantar ke rumah sakit, kecuali ibunya yang sudah sepuh dan seorang budenya. Si jabang bayi sekarang sudah berumur enam tahun. Kata - kata kotor sering keluar dari mulutnya
Si bude menceritakan ini pada saya sambil berurai air mata.
"Kok ana lelakon kaya ngene to yo..." kata si bude menutup cerita.
Saya sungguh miris mendengar kisah ini. Membayangkan nasib Sri selanjutnya, menghidupi si anak sendirian. Yang lebih membuat miris adalah nasib sang anak. Jangan sampai kesalahan dalam mendidik terulang pada si anak. Sungguh, dari rahim siapapun sang anak lahir, dia ibarat kertas putih. Orang tualah yang akan mewarnainya. Mudah - mudahan kisah ini menyadarkan kita semua untuk bertanggung jawab mendidik anak - anak di sekitar kita. Terlepas dari siapa orang tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar